Usut punya usut, kini para pasangan banyak yang menerapkan praktik Karezza Sex untuk menyalakan api asmara. Di mana setiap kali berhubungan, mereka tidak semata untuk meraih orgasme.
Karezza sendiri berasal dari kata Italia yang berarti membelai. “Ini merupakan tindakan bentuk kasih sayang dari hubungan seksual, di mana orgasme bukanlah tujuan. Idealnya, tidak terjadi pada salah satu pasangan saat bercinta,” ungkap salah seorang blogger, Marnie, yang ditulis pada situs Karezza.
Sebaliknya, hubungan emosional dan kasih sayang ditekankan pada praktek Karezza Sex ini. ABC News berbicara dengan pria 51 tahun, Matt Cook, yang pernah mempraktikkan Karezza Sex dengan istrinya yang berusia 25 tahun. Dia mengatakan, Karezza telah meningkatkan kehidupan seks dan hubungan dengan istrinya.
"Ini menciptakan perasaan yang mendalam pada hubungan yang sangat sulit untuk digambarkan," katanya. "Ini jauh lebih dalam daripada seks secara konvensional," tambahnya, seperti yang dikutip dari Huffington Post.
Penasihat Deb Feintech mengatakan kepada ABC News bahwa dia menggunakan Karezza untuk membantu pasiennya menambahkan revitalisasi hubungan berpasangan mereka. Dan klien yang paling setia dalam praktik ini adalah pria.
"Ini sangat radikal bagi mereka, tetapi mereka menemukan keintiman emosional jauh melebihi dari sensasi dan pikiran meraih orgasme itu," katanya.
The New York Times juga pernah melaporkan pada 2 Juli lalu bahwa banyak wanita membeli pelumas, vibrator, suplemen herbal, dan alat bantu seks lainnya untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka.
Jadi, dengan semua fokus yang kebanyakan orang ingin meraih orgasme dalam hubungan seksual mereka, beberapa di antaranya justru tertarik pada Karezza. Semua pasangan yang diwawancarai ABC News tentang Karezza mengatakan mereka mendapatkan hubungan jangka panjang dan sebagian besar pasangan tidak memikirkan tujuan umum pada kehidupan seks mereka atau pulih dari beberapa bentuk kecanduan.
Tentu saja tidak semua orang mengerti mengenai semangat Karezza-devotees yang digunakan untuk menikmati kehidupan seksual tanpa harus mengharapkan adanya sebuah orgasme. Karena dalam mencintai pasangan, hubungan yang baik tidak dipengaruhi oleh pencapaian orgasme dalam hubungan seksual itu sendiri.